Hujan di Musim Semi

Chapter 1@ Tetesan air bermakna perpisahan

Hari ini aku memandangi langit sore dari teras depan rumah. Aku terhanyut dalam indahnya lamunan masa kecilku.Teringat saat ayah dan ibu menemaniku kala itu. Desiran ombak menyapu pasir yang ada di hadapannya. Aku ingat saat itu aku menangis...aku terjatuh dan kepalaku tersapu ombak yang datang. Kepalaku penuh dengan pasir,kemudian...ayah dan ibu datang membantuku. Ibuku berkata”Hiro lihatlah...matahari akan tenggelam di sana,sangat indah bukan?”.”Wah..sangat indah,ibu”jawabku tersenyum. Canda tawa kala itu membuatku bahagia. Kami terus memandangi langit merah muda yang nampak semakin indah saja. Sampai tak terasa gelap telah menyelimuti tubuh kami. Matahari telah menghilang di balik lautan. baca selengkapnya...


Chapter 2@ Bunga dalam perjalanan malam


Di dalam sini terasa begitu sepi. Hanya terdengar suara mesin mobil yang menyala. Kilatan cahaya lampu di pinggir jalan menyambar wajahku. Mata yang sedari tadi terpejam perlahan terbuka.

“Di manakah sekarang ini?”tanyaku dalam hati.

Aku mencoba menegakkan kepala. Kulihat ayah masih terjaga sampai saat ini. Tangannya terus saja memegang kemudi mobil. Ia terlihat lesu,tatapan mata itu nampak tak bersemangat. Sesekali ia mengusap kedua mata dan keningnya sebagai tanda dia sudah lelah. Tak ada sepatah kata pun yang keluar. Ia terus menatap ke depan mengamati jalan yang sedang kami lewati.

“Sunyi...”kataku dalam hati.

Aku menatap keluar,terlihat suasana yang begitu sepi. Langit nampak begitu gelap. Hanya terlihat satu dua bintang yang redup. baca selengkapnya...